NEWS
NEWS
ISLAMABAD, May 28 (APP):Minister for Religious Affairs and Interfaith Harmony Chaudhary Salik Hussain on Tuesday emphasized the concerted efforts to promote tolerance and understanding as well as unity to fight the menace of extremism posing threats to the world’s peace and security.
“In today’s world, extremism poses one of the most potent threats to peace and security… Let us promote tolerance and understanding recognizing that our diversity is our strength. We must stand united against extremism and injustice,” the minister said addressing a symposium titled “From Gandhara to the World: The Legacy of Gandharan Buddhism” held by the Ministry of Foreign Affairs here in connection with Vesakh Day.
The two-day event brought together religious leaders and experts from Nepal, Sri Lanka, Thailand and Vietnam, besides scholars, diplomats, historians and art enthusiasts to provide them a platform to exchange ideas and foster connections.
Sri Lanka’s Minister for Buddhasasana, Religious and Cultural Affairs, Vidura Wikramanayaka was the guest of honor at the inaugural session, which took place earlier in the day.
The minister said that the diverse gathering representing different countries and cultures underscored the deep and enduring ties between the nations, besides serving as a reminder of the profound connections that unite them in shared aspirations.
Highlighting the significance of intercultural and interfaith dialogue, Minister Salik said Vesakh festival reminded them of the profound wisdom and compassion that underpinned Buddhist teachings.
In his address, Minister of Buddhasasana, Religious and Cultural Affairs of Sri Lanka Vidura Wikramanayaka called for harnessing the values of Budhha and promoting cultural diplomacy to bring the people and nations together.
He said Gandhara was a focal point of human civilization from where the message of Budhha was disseminated to other parts of the world.
He emphasised reviving Gandhara heritage not just as a tourist attraction but rather for self-development which was the epitome of Budhha’s teachings.
Pakistan has a rich connection with Buddhism – the signs of ancient Gandhara civilization include Takshasila (Taxila), Purushapura (Peshawar), and Pushkalavati (Charsadda),
In her remarks, Additional Secretary Maryam Madiha Aftab said that the symposium would help deepen understanding of the Gandhara heritage and promote enduring relevance with the Gandhara world.
She said the event would bring together experts, scholars diplomats, historians and art enthusiasts to provide them a platform to exchange ideas and foster connections.
Before the symposium, Anil Sakya, Honorary Rector World Buddhist University Thailand, in his video message, had expressed the hope that the symposium would let us understand how Buddhism had developed besides enlightening the gathering more about Buddhism’s contribution to this world.
He said Pakistan was a seat where Buddha images first appeared in Buddhist history, adding the Gandara art had been very influential for all the Buddhists and non-Buddhists all over the world.
The Ministry of Foreign Affairs is organizing a symposium and an exhibition, titled “From Gandhara to the World”, on 28-29 May.
A large number of Islamabad-based diplomats, government functionaries, scholars, artists and art-lovers are attending the event, alongside around 25 foreign delegates, including some at the Ministerial level, from Sri Lanka, Nepal, Thailand and Vietnam.
The event is being organized in connection with the ‘Vesak Day’, which commemorates Buddha’s birth, enlightenment and death, Foreign Office Spokesperson said in a press release.
It is aimed at showcasing Pakistan’s rich cultural heritage, and underscoring the importance that the government attaches to inter-faith harmony.
A number of prominent Buddhist monks and scholars also addressed the inaugural session including Most Venerable Thich Ductuan from Vietnam, Venerable Anil Sakya from Thailand, Om Charan Amatya, scholar-cum-politician from Nepal, Stefano Davide Bettera, President, European Buddhist Union and Li Xiguang, Director, Pakistan Culture and Communication Centre, Tsinghua University, Beijing.
A message from Venerable Dhimbulkumbure Sri Sarankara Vimaladhamma Thera, Chief Incumbent of the Ancient Rajamaha Viharaya of Kandy, Sri Lanka was also read out by Venerable Tempitiye Indawimala.
The subsequent sessions of the symposium explored various dimensions of Gandharan heritage that emerged, over three thousand years ago, in the northwest of Pakistan out of the interaction between Hellenistic and local philosophical and cultural traditions.
JAKARTA, investor.id – Penasihat World Buddhist University, Phra Anil Sakya memberikan apresiasi kepada ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) karena telah menghadirkan para tokoh agama pada Sesi Lintas Agama yang merupakan pleno ke-7 dalam “ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) 2023”.
Dalam pidato sambutan, Sakya mengatakan bahwa ABIS 2023 memiliki keunikan karena untuk pertama kalinya melibatkan pemuka agama dalam forum bisnis dan investasi di ASEAN.
“Saya sangat mengapresiasi ASEAN-BAC di bawah kepemimpinan Indonesia yang mengundang para pemuka agama untuk turut membicarakan perspektif agama dalam bisnis di event ABIS 2023. Ini sangat luar biasa,” ujarnya pada Senin (04/09/2023) di Jakarta.
Sakha menjelaskan lebih lanjut bahwa tema “ASEAN, The Epicentrum of Peace, Tolerance and Harmony” sudah tepat, karena bisnis dan investasi tidak dapat dijalankan tanpa 3 unsur tersebut. Bahkan, kegiatan bisnis dan investasi yang berjalan dalam perdamaian, investasi, dan harmoni akan membawa ASEAN mewujudkan kesejahteraan bersama serta menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia.
“Tapi saya tidak ingin kita hanya berhenti di kata-kata manis ini saja. Ketika kita membicarakan tema ini, sebenarnya inilah keunikan ASEAN. Ini mendorong dialog terbuka juga saling memahami, yang berarti kita memiliki cara asia yang sangat unik, tapi jangan hanya berbicara yang baik-baik saja karena tidak ingin ada konfrontasi langsung. Kita harus merealisasikannya. Jika kita semua bergerak bersama dalam kesatuan ekonomi, maka dunia akan terguncang oleh kekuatan ASEAN,” demikian diungkapkan Dharma Master Cheng Yen.
Pada kesempatan yang sama, Ketua PBNU Kyai Haji Yahya Cholil Staquf mengutarakan bahwa ASEAN mempunyai potensi yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di kawasan, juga seluruh dunia.
“ASEAN mempunyai populasi yang besar dan perekonomian dinamis untuk mewujudkan strategi, dan pertumbuhan ekonomi bersama,” katanya.
Ditambahkan oleh Yahya, perekonomian dapat tumbuh dan berjalan baik, jika masyarakat saling hidup berdampingan. Untuk menyukseskan visi ASEAN menjadi episentrum pertumbuhan global,diperlukan perdamaian, toleransi, dan kerukunan yang harus dijamin dalam setiap kehidupan bermasyarakat.
“Kita sudah lama bersatu, mempunyai kesamaan dalam semangat mengedepankan harmoni. Ikut serta dalam episentrum keharmonisan sangat diperlukan dalam rangka membangun peradaban, baik untuk komunitas ASEAN maupun global. Ini bukan hanya tentang perhitungan ekonomi,” ujar dia.
Yahya juga mengingatkan supaya tema yang diusung dalam sesi lintas agama ABIS 2023 dapat dimaknai sebagai upaya menciptakan keharmonisan sebagai dasar dari hubungan negara-negara ASEAN untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
“Sebagai tuan rumah KTT ASEAN tahun ini, Indonesia mengusung agenda ini karena kita percaya bahwa keharmonisan antar umat beragama adalah hal yang wajib diupayakan,” ungkapnya.
Bisnis.com, JAKARTA — Advisor for Buddhist World University, Venerable Phra Anil Sakya menjadi salah satu pembicara di forum Asean Business Investment Summit (ABIS) 2023 di Jakarta, Senin (4/9/2023). Salah satu gagasan yang disampaikan adalah kaitan antara bisnis dan religiusitas. Menurutnya, bisnis dan religiusitas tak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki peran penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan. “Jangan lupa bahwa kita semua adalah bagian dari makhluk ekonomi, kita juga adalah makhluk religius di sisi lain,” ujar Sakya. Dia melanjutkan, ketika ekonomi seseorang memiliki masalah, seseorang tersebut pastinya akan meminta nasihat kepada pihak yang mengerti agama untuk meminta nasihat sehingga hati menjadi tenang.
“Ketika ekonomi memiliki masalah, ketika ekonomi tidak memiliki etika, tidak memiliki moralitas, ke mana anda meminta nasihat? Anda pergi ke orang yang beragama,” jelasnya. Maka demikian, bisnis dan agama menurut dia harus berjalan bersama-sama untuk bisa menjadikan Asean sebagai pusat pertumbuhan.
Di samping itu, dengan bisnis dan agama berjalan secara bersama maka bisa menciptakan perdamaian, toleransi, dan keharmonisan bagi masyarakatnya. “Bagaimanapun juga, bisnis dan agama adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, kita harus menggabungkannya satu sama lain dan mengatakannya untuk kepentingan Asean, menurut saya,” jelasnya.